Laman

Jumat, 19 Oktober 2012

Twelve Thirteen

LADIES AND JELLYMEN!! I'M SOOO...OOOO SAWRREYY FOR NOT BLOGGING FOR... 3 and a half months?? I dunno. But, SAWWRRREEYYY MY BLOGGIE!! I'm such a lazygurl.

By the way, I'm in 12th grade now, which mean... I made it in the last year prom.test!!! But that doesn't really change anything. I'm still in the same class with the same 13 classmates. Boring? Never. Fun? All the time. Exciting? Absolutely. Damn, what's with the questions, brain? Shut up.

We're in the middle of Bulan Bahasa project *like I care... --;* and I--once again--was chosen for the story telling competition!! Yay..! or Nay...? Well, I like English like I love BIGBANG, but story telling is something that not all people can do it right. Expression, intonation, blah blah blah... It's hard. That's the point. But, why me of all people?? I'm not that good at English *yeah, rite..* and I really don't want to reenact my last STC last year. Total fail. Total... shit. Gee..

And, I'm wondering. What's with the crap above?? I DON'T CARE!! LET'S GET THIS PROJECT DONE, BE UNITED ONCE AGAIN!! IT'S ALL OR NOTHING, YA PEOPLE!!

Oh, this post is just a proof that I'm still alive, still breathing, still write, can still think right, and for the first time, totally concerned about my future.

Whatever.

Uh...Yeah. Bye.

PS: ROOKIE BLUE RAAWWWKKSSSS!!!!!

Salam,
Umi Sa'adah =]

Selasa, 19 Juni 2012

Short and Simple

NEVER STOP DREAMING!!!!!!! MUST WATCH!!!

Well, I'm back with ParamoreFever, BigBangVirus, and GahoFlu. I think Gaho is pretty cute (well, since he's a Sharpei), so I decided to be one of his fans. YAAAY!!! What's so good about about this? And why the heck I'm speaking English so suddenly?? Because of the new project and Day by Day that I haven't finished yet. it's been weeks, yet both aren't even near the finish line. Mabsosa...... T.T

Can you please wish us luck for our promotion test? Well, the report actually. Hope it will come out as good as what we expexted. Bahasa, FIGHTING!!!




Short and Simple, right??

Salam,
Umi Saadah =]

Jumat, 25 Mei 2012

7 Kisses : Kibum

Kibum’s POV

“Yunhee-ya, bisakah kau ambilkan laporan yang diberikan Xander hyung kemarin. Kalau tidak salah ada di rak di sebelah meja kopi. Terima kasih.” Yunhee mengangguk patuh. Ia langsung mencari laporan yang kuminta tadi.
Kau tahu, kenapa aku menyuruhnya mencari laporan itu? Selain karena memang aku membutuhkannya, aku sangat suka melihat wajahnya. Manis, dan benar-benar memikat. Tidak heran banyak yang menyukainya. Termasuk... ehem.. aku.
Uh-oh, dia sudah kembali. Lebih baik aku kembali berkonsentrasi dengan proposal festival sekolah yang harus kutandatangani. Haa... sungguh melelahkan menjadi ketua OSIS. Tapi, akan jadi menyenangkan bila aku bisa berduaan saja dengan Yunhee. Seperti saat ini.
“Ini. Ada yang bisa kucari lagi?” Ia meletakkan laporan itu di mejaku. Lalu menunggu dengan sabar. Menunggu perintah lain dariku.
Sungguh manis sekretaris OSIS sekolah kami ini.
“Tidak, tidak ada. Duduklah. Istirahatlah.”
“Terima kasih.” Dan ia duduk. Sesuai dengan yang kuperintahkan. Tapi, ini tidak biasa. Biasanya kalau aku menyuruhnya istirahat, dia akan langsung keluar ruang kerja. Pergi entah kemana. Kenapa sekarang ia hanya duduk saja di sini?
Ada yang salah.
“Kau tidak apa-apa?” Aku bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari proposal di depanku. Aku mendengar gemerisik kertas yang dibolak-balik. Tapi tidak ada jawaban darinya. Aku tidak suka ini.
Aku mengangkat wajahku, menatap gadis di seberangku ini. Wajahnya tidak pucat, berarti ia sedang tidak sakit. Tapi ada sesuatu yang bisa kutangkap saat sekilas ia menatapku. Rasa... tidak sabar. Whoa, kenapa dia? Apa ada yang ia inginkan tapi tak tercapai?
“Kau kenapa? Kenapa lemas begitu?” Ia hanya mengedikkan bahunya sekilas. Cih, aku sedang tidak ingin dipermainkan sekarang.
“Jawab aku. Kau tahu aku tidak suka didiamkan seperti ini.” Sialan. Aku salah omong. Sekarang ia bahkan menatap sinis padaku. Sialan! Payah kau, Kim Kibum!
“Memangnya kenapa? Apa urusannya denganmu? Kau bahkan bukan pacarku,”
Sekerling air mata telah bersiap-siap untuk meluncur dari sudut matanya. Hei, hei, hei, kenapa dia harus menangis, sih? Aduuh... Aku kan, jadi merasa bersalah. Tapi, apa salahku? Aku tidak pernah berbuat salah padanya.
Aku tidak boleh peduli padamu? Aku memang bukan pacarmu, tapi aku temanmu juga. Kau pikir aku siapa?
Dia hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku jadi semakin bingung. Dia kenapa atau aku yang kenapa?
“Hanya teman, ya? Bagus sekali.” Dan dia pergi begitu saja. Kau tahu, dia benar-benar membuatku bingung. Hampir saja kupatahkan bolpoin di tanganku kalau saja aku tidak ingat di mana aku sekarang dan bolpoin milik siapa yang kupenggang ini. Bisa mati aku kalau mematahkan bolpoinnya.
Ngomong-ngomong soal orang itu, apa aku harus meminta nasihatnya? Untuk membereskan semua ini? Tapi, sebenarnya aku tidak ingin mengganggunya. Aku yakin dia sedang sibuk berlatih dengan pacarnya sekarang.
Tapi... aku lebih tidak suka membuat Yunhee seperti itu.
Ku-dial nomornya, dan orang itu langsung mengangkat pada dering pertama. Tumben sekali.
“Ada apa hyung?”
“Kau ini, dongsaeng kurang ajar. Sapalah dulu, baru bertanya ada apa. Jangan membuatku makin kesal, Dongho-ya,”
“Baiklah, baiklah, terserah kau saja. Yeoboseyo? Ada apa hyung? Puas?”
“Ya, ya, terserah apa katamu saja. Kau sedang di mana?”
“Berlatih bersama Minhee nuna dan yang lain-lain. Ada apa meneleponku?”
“Kau tidak terlalu sibuk kan? Ada beberapa hal yang harus kutanyakan denganmu. Sekalian aku minta nasihat darimu,”
“Oh!! Nunaa, awaass!!” Eh? Kenapa anak itu?
“Kau tidak apa-apa nuna?”
“Tidak, aku tidak apa-apa. Kau sedang telepon siapa?”
“Oh! Aku lupa! Kibum hyung!”
“Iya, aku. Minhee Kenapa?”
“Pitcher sialan itu salah melempar. Harusnya ke Jinsook, malah ke Minhee nuna. Melenceng jauh dan hampir mengenai kepalanya. Untung saja tidak kena. Oh iya, mau bicara tentang apa hyung?”
“Aku ke lapangan saja. Terlalu rumit kalau harus kujelaskan lewat telepon.”
“Biar kutebak. Yunhee nuna?” Eh? Bagaimana dia bisa tahu?
“Bagaimana kau tahu ini soal Yunhee?”
“Hyung, biar kuberi tahu. Yunhee nuna suka padamu. Sejak kalian sekelas dan sebangku saat kelas sepuluh dulu. Dia pikir kau tidak peduli padanya karena kau terlalu keras dan galak. Makanya akhir-akhir ini ia jadi murung terus. Ia khawatir kau tidak suka padanya. Ia khawatir cintanya padamu berakhir menjadi one-sided love.”
“Eh? Sejak kapan kau tahu one-sided love? Kau kan hanya punya Minhee seumur hidupmu,”
“Hyung!! Jangan begitu! Aku pernah mengalaminya, kau tahu!”
“Ara, ara. Hei, kau tahu di mana Yunhee?”
“Dia baru saja melambaikan tangan padaku. Nuna!! Kibum hyung suka padamu!!” Hei, hei, apa-apaan anak ini?
“Hei, diam kau, Tupai Jagung. Dia di mana sekarang?”
“Kurasa ke toilet. Dia sedikit malu saat kuteriaki tadi. Jemputlah ia. Nyatakan perasaanmu sekarang, sebelum semua terlambat.” Klik. Dongho dengan seenaknya menutup sambungan telepon. Bahkan tanpa mengatakan selamat tinggal atau apapun itu. Sialan anak itu.
Buru-buru aku menuju toilet wanita yang berada paling dekat dengan lapangan baseball. Oh! Itu dia! Aku baru saja melihatnya masuk. Buru-buru aku berlari menuju toilet itu. Entah apakah aku sudah kehilangan akalku atau bagaimana, aku memasuki toilet itu. Kulihat sosoknya merenung menghadap cermin. Kuhampiri ia, pelan-pelan. Dan saat kami hanya berjarak 5 cm, ia tiba-tiba memelukku.
Uh-oh. Aku dalam masalah besar. Ia menangis. Untung saja toilet sedang sepi. Hanya kami berdua yang ada di situ.
“Yunhee-ya... Kau.. tidak apa-apa?”
Ia melepas pelukannya dariku dan membasuh wajahnya yang penuh air mata. “2 tahun aku memendam perasaanku ini tanpa mengetahui apa yang kau rasakan. Aku sudah seenaknya padamu. Maafkan a—“
Aku tidak menyangka. Aku menciumnya. Tanpa sadar tanganku menarik tangannya dan berakhir dengan bibirku di bibirnya. Oh, Tuhan. Aku pasti sudah gila.
Tak perlu berlama-lama, Yunhee segera menarik dirinya. Kupandangi wajahnya yang bersinar. Dia... terlihat sangat... sempurna.
“Dengan ciuman ini, apa kau masih berpikir bahwa aku tidak menyukaimu?” Hampir saja kami berciuman saat suara paling menjengkelkan itu menggema di seluruh sudut toilet dan di telingaku.
“Hyung, sedang apa kau di toilet wanita? Kenapa wajah kalian—oh, tidak.. Dongho!! Ketua OSIS kita berciuman di dalam toilet wanita!!!”
Awas saja kau, Badut Sialan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

annyeonhaseyo, umi imnidaaaa!!!! hahahahahaha!!!! Dae oppa banget gue. hahahaha!! Oya, ini lanjutan 7 Kisses-nya. Sisanya masih dalam pengerjaan karena gue kebetulan lagi males nulis. akhir-akhir ini gue lagi mikir caranya dapet nilai bagus di uas tanpa harus nyontek *buseettt, khilaf bro?*

ngomong-ngomong, gue ngomong apa sih?? yasud, di enjoy aja ceritanya. and be a good Kiss Me VIP!!

Salam,
Umi Sa'adah =]

PS: sori gue lagi stres. STRWEEEESSSSWW!!!

Kamis, 10 Mei 2012

I'm Not Dead... Yet

Whoa!! So shocked, saat membuka blog ini di firefox.

"Browser Anda tidak lagi didukung oleh Blogger. Beberapa bagian Blogger tidak akan berfungsi dan Anda mungkin mengalami masalah.
Jika Anda mengalami masalah, coba Google Chrome. | Tutup"

Huahahahahaha!!! Shock berat gue.

Oya ngomong-ngomong lama juga gue ga ngeblog. mian, mian, gue lagi sibuk berat sama sekolah *dan BIG BANG* Hohoho... Tau aja. Gue emang lagi sibuk sama BIG BANG, yang baru-baru ini (udah lama sebenernya) bikin CLBK!! Dan gue juga lagi sibuk tebar virus K-Pop di kelas gue. ada eberapa yang terinfeksi, walaupun nggak separah gue, tapi yang penting kena. Si temen gue *friends protection program, ya* juga udah terjangkit penyakit Big Bang, dimana sekarang dia jadi VIP. Huahahaha!!!

EMMMMM IYAAA!! Hampir lupa. Penyakit gue kambuh lagi. Penyakit NAPPEUN YEOJA itu kambuh lagi, iya.

1. Kali ini gue berpaling pada BIG BANG, all members.
2. Yang pertama, jelas Abang Seungri. Si maknae paling bandel sejagad. Kalo dia udah dari dulu jaman gue masih cewek *sekarang juga masih!!* Tapi dia bikin gue seneng lagiii.... ^^
3. Yang kedua, Abang T.O.P. Wahh.. Kalo ini gue ga jelasin, juga udah pada tau sendiri kan kenapa gue bisa suka??? Jelas karena karisma dan salah sendiri dia keren!!
4. Yang ketiga, Akang Daesung. Hehehehehe.... cuma nginget mukenye aja udah bikin ketawa... hehehehehe... *mulai ketawa ga jelas*
5. Yang keempat, Tuan Taeyang. saya bagai tidak pantas menyebut tuan seperti akang abang diatas. terlalu tidak pantas dan tidak sopan. maafkan saya tuan. saya suka tuan Taeyang ini karena dia pantas untuk disukai. Ngomong-ngomong, forever hairstyle-nya bakalan bener-bener forever ga ya?
6. Yang kelima, GD Leader-nim. Dia..... ga tau juga. cuma.... suka aja.... JANGAN TANYA KENAPA!!
7. Other YG artists. Yang cowok, yang cewek, sama aja. gue suka semua!!! Bahkan Papa YG juga suka!

Hohoho.... apa inti dari entri ini??? apakah karena Blogger jadi aneh di firefox atau virus k-ppop, atau karena big bang, atau YG Family?? Molla, molla, molla..... I don't care... *nyanyi lagunya 2ne1*

Udah ah! Ngomong-ngomong *ngomong mulu lo!!* Big Bang beneran ke Indo bulan Oktober kan???? iya kan???? Eh, show case-nya JAY PARK mau ditayangin!!! Whoooooohhhhoooooo!!!! Entah kenapa hidup gue menyenangkan akhir-akhir ini.. Hehehehe!!

Salam,
Umi Sa'adah =]

PS. : New nickname : Saad!! Great one, guys!! Thanks, LD!

Senin, 09 April 2012

7 Kisses : Eli

Eli’s POV

Haa.... Kenapa hidupku sepi sekali?? Tidak ada pacar yang menemani. Di mana Eli Yang Menawan itu, yang mampu membuat semua wanita bertekuk lutut dengan kharismanya? Payah. Alexander hyung, Soohyun hyung, Kibum hyung, Kiseop dan Dongho sudah punya pacar. Kevin bahkan kembali lagi dengan Hyunmi. Dan aku satu-satunya yang tidak punya pacar?
Payah.

Aku kembali berkonsentrasi pada trotoar di depanku. Tidak lucu sekali kalau aku sampai tersandung dan terjatuh. Bisa habis aku nanti karena malu. Aku tidak bisa kehilangan kharismaku begitu saja.

Karena terlalu bosan—perjalanan dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu 15 menit, dan aku tidak boleh membawa kendaraan sendiri—aku memutuskan untuk mem-play playlist-ku. Langsung saja lagu dari Ne-yo membahana di telingaku. Aahh.. ini lebih baik.

Aku terlalu fokus mengganti lagu di iPod-ku sehingga aku tidak memperhatikan seorang gadis di depanku. Dan... ya.. kau tahulah apa yang terjadi..

Aku menabraknya dan yang paling membuatku kaget adalah... aku tidak sengaja menciumnya.
Selama beberapa detik kami saling berpandangan. Kuakui dia cukup manis juga. Hanya... Siapa gadis ini??? Aku bisa mati dibunuh ayahnya kalau begini caranya.

Buru-buru aku berdiri dan membersihkan jins-ku yang sedikit kotor. Aku baru ingat dengan gadis yang kutabrak—dan tidak sengaja kucium—dan membantunya berdiri.

“Oh, Tuhan! Maafkan aku, Agasshi. Aku sudah tidak sopan. Kau... tidak apa-apa kan?”

Dia sibuk membersihkan jaketnya. Dan kupikir dia tidak mendengar apa yang kukatakan. Jadi, aku memutuskan untuk balik badan dan segera ke sekolah, saat aku mendengar suaranya yang—kuakui—sangat... manis.

“Aku tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak memperhatikan. Maafkan aku.”

“Ah, tidak apa-apa! Justru aku yang minta maaf! Ngomong-ngomong, apa yang sedang kau lakukan di sini?”

Ia melongok ke kanan dan ke kiri jalan. Apa yang dia lakukan? Apa ia sedang mencari bis?

“Aku sedang menunggu bis. Apakah tidak ada bis yang lewat?” Tawaku hampir meledak mendengar penjelasannya. Dengan sabar aku menjelaskan padanya.

“Tidak ada bis yang lewat di sini. Jalan ini memang seperti jalan raya, tapi jalan ini hanya untuk motor dan mobil saja. Halte ini pun hanya untuk menunggu jemputan orang tua atau untuk nongkrong saja. Kau... baru di sini ya?”

Ia melongo saking terkejutnya. Haha, lucu sekali melihatnya seperti itu.

Eh, apa-apaan pikiranku ini? Hei, hei, Ellison Kim. Sadarlah. Dia hanya orang asing. Kau bahkan tidak tahu siapa namanya. Jangan terlalu cepat jatuh cinta.

“Iya. Jadi benar tidak ada bis yang lewat di sini?” Aku mengangguk yakin. “Baiklah, aku akan berjalan saja. Terima kasih atas bantuanmu.” Aku kembali mengangguk. Ia menyempatkan tersenyum padaku sebelum meninggalkan halte. Aah... manis sekali..

Dari kejauhan, kulihat ia mengeluarkan ponselnya—ya, aku masih memperhatikan ke mana ia akan pergi—dan mengetikkan sesuatu, yang membuatku teringat untuk meminta nomornya. Tapi ia sudah cukup jauh. Lagipula aku juga sedikit malu untuk memintanya. Jadi, aku memutuskan untuk berbalik, melanjutkan perjalananku ke sekolah.

Sesampainya di sekolah—yang cukup memakan waktu, aku menghampiri kumpulan siswa yang berada di halaman sekolah. Teman-temanku. Aku sedang senang karena kejadian tadi, dan ingin sekali menceritakannya pada mereka. Atau mungkin... jangan dulu.

“... menabraknya dan menciumnya dengan tidak sengaja. Dia kaget sekali. Apalagi itu ciuman pertamanya. Beruntung sekali katanya,” Semakin dekat, aku menjadi mengerti apa yang sedang dibicarakan Hyunmi.

“Kenapa bisa beruntung?” Kevin, yang ada di sebelahnya, bertanya. Mereka berdua jadi sering bersama setelah berpacaran lagi.

“Katanya, lelaki yang menciumnya sangat tampan! Wah, aku jadi penasaran seperti apa wajahnya...” Bisa kulihat wajah Kevin menjadi lesu. Jelas ia cemburu. Dan Hyunmi mencubit pipinya gemas. Ah, dua orang itu benar-benar membuatku iri.

“Hey, what’re you guys talking ‘bout?” Aku menghampiri gerombolan itu dan bertanya dengan bahasa Inggris. Soohyun hyung, Kibum hyung, Kiseop dan Dongho melengos malas mendengar pertanyaanku.

“Berhentilah berbicara dengan bahasa Inggris, kau Burung Gendut!! Itu membuatku frustasi!” Aku hanya terkikik mendengar protes Soohyun hyung. Mianhae, hyung. Aku hanya iseng saja, kok.

“We’re not talking about a ‘what’. We’re talking about a ‘who’, Li-ya.” Kevin menjawab. Dan Soohyun hyung kembali protes. Kali ini ia melempar kami berdua dengan bukunya.

“Mianhae, hyung.” Aku mengembalikan bukunya takut-takut. Siapa tahu ia akan melempar lagi. Aku kembali berpaling pada yang lain-lain. “Jadi siapa yang sedang kalian bicarakan?”

“Teman Hyunmi dari California. Ia baru datang tadi pagi dan sedang menunggu bis. Tapi ia malah ditabrak dan dicium oleh orang tak dikenal,” Dongho menjawab dengan antusias.

Apa dia gadis yang kutabrak tadi, ya? Aku jadi penasaran.

“Siapa namanya?”

“Tara. Kenapa kau bertanya? Jangan-jangan... kau yang...” Hyunmi dan yang lain memandangku curiga.

“Mungkin. Bisa aku minta nomor teleponnya? Aku perlu minta maaf,”

“Tunggu, tunggu. Jadi benar kau yang menciumnya?” Xander hyung bertanya curiga. Aku hanya mengangguk tidak peduli. Pikiranku sedang disibukkan dengan nomor Tara.

Setelah menuliskan nomor yang benar, aku buru-buru menjauh dari kerumunan teman-temanku yang berteriak-teriak heboh. Setelah memencet tombol ‘call’, aku langsung mencari tempat yang sedikit sepi. Setelah cukup lama menunggu, dari seberang sana terdengar suara yang kukenal mengangkat telepon.

Yeoboseyo?

“Yeoboseyo? Tara-shi?”

Ya, aku Tara. Nuguseyo?

“Aku Eli, yang tadi menabrakmu. Aku hanya ingin minta maaf.”

Ah, pria tadi pagi. Tidak apa-apa. Aku juga baik-baik saja. Oh, iya, ada sesuatu yang tidak sempat kusampaikan tadi.

Oh, benarkah?

“Benarkah? Apa itu?”

Aku hanya penasaran, apakah kau mau minum kopi kapan-kapan denganku?

Tara mengajakku kencan!! Wow, aku hampir meledak saking senangnya.

“Eeeh.. tentu saja bisa. Bagaimana kalau hari Minggu? Kau tidak ada acara kan?”

Tentu tidak. Jam 10?

“Jam 10. Oh iya, aku juga minta maaf, sudah merebut ciuman pertamamu.”

Tidak apa-apa. Aku justru bersyukur. Kalau tidak, aku pasti tidak akan bertemu denganmu dan merasakan perasaan ini.” Hah? Dia ngnomong apa sih?

“Perasaan ap—“ Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, sambungan telepon terputus. Ah, sialan. Kenapa sih, selalu saja di saat yang paling mendebarkan seperti ini?

2 menit kemudian aku mendapat sebuah pesan dari Tara. Dan kau tahu? Aku hampir kena serangan jantung saat membaca pesan darinya.

‘Kurasa aku menyukaimu. –Tara’

Akhirnya... penantianku terwujudkan. Dia juga suka padaku. Tapi, benarkah itu? Aku hendak membalas pesannya saat tiba-tiba sebuah suara membuatku ingin mencekiknya sampai ia kehabisan nafas.

“Kurasa aku menyukaimu. Tara. Oh, Eli-ya... Akhirnya kau punya pacar juga...”
Sialan kau, hyung.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Heyy!!! I'm back with Eli's! excited banget gue. katanya u-kiss mau comeback dengan album baru april ini!! yeeee!!!! *hubungannya apa coba?*

au deh. enjoy!!

Salam,
Umi Sa'adah

Sabtu, 24 Maret 2012

And The Story Continues...

Jadi, posting ini melanjutkan posting gue yang TIK dan The Confession. Jadi maksud gue di sini adalah ke-nappeun yeoja-an gue berlanjut *is that even a word? gee..*

Gue masih demeeeennnnn banget sama U-Kiss. Cuma gue juga suka ngelirik yang lain-lain juga, yang berarti bias gue nambah. Entah jadi berapa sekarang T.T

1. Gue masih seneng U-Kiss, ampe sekarang. Cuma, gue sambil main mata. Sama Junhyung dan Gikwang. Kalo Junhyung emang udah suka duluan. Rap-nya mabrooo.... jos be-ge-te!! Sedepp dah tuhh... Jadinya, sekarang gue seneng BEAST. Apalagi Beautiful-nya. Kereeennn!!!! Addictive!
2. Lalu, cerita fangirl gue berlanjut. Gue tetep setia ama U-Kiss, tapi gue tetep enjoy mantengin BEAST.
3. Dan hal yang paling mengejutkan terjadi. Apakah itu? Ranselnya Dora berubah jadi koper? Boots jadi monyet? *emang udah monyet bego!*
Bukan, bukan itu. Gue mulai ngelirik rapper-nya TEEN TOP, CAP. Yang berujung = gue jadi seneng sama maknaenya yang beda 10 hari sama gue. Asiknya lagi, dia bergolongan darah yang sama. B !! Changjo namanya. Choi Jonghyun nama aslinya. Dancer keren nan imut yang berada pada urutan entah berapa di dancer list gue. HOHOHO! Dan karena Changjo ini, gue mulai simpatik sama TEEN TOP.
Jujur, awalnya gue bener-bener nggak seneng sama mereka. Sekarang? Hampir tiap hari mikirnya matematikaaaa.... mulu. BUKAN!!
Hampir tiap hari mikirnya Changjo mulu. Dan dari situ, gue juda mulai seneng sama yang lain-lainnya. Kaya L.Joe sama Ricky. Hehehee...

Mungkin cuma segitu ya. Nggak terlalu parah emang. Tapi cukup bahaya. Gue bisa aja lepasin U-Kiss dan meraup TEEN TOP di tangan gue.

Tapi tenang aja, Kiss Me! U-Kiss tetep nomor satu!! HAHAHAHAHA!!! Kenapa gue ketawa?? Bodo ah.


Salam,
Umi Sa'adah =]

7 Kisses : Alexander

Alexander’s POV

“Nuna... Kenapa kau cemberut hari ini? Dingin sekali bila kau cemberut seperti itu...” Kenapa dia? Kenapa cemberut seperti itu?

“Sudahlah, Oppa. Berhentilah memanggilku nuna. Aku ini bahkan 2 tahun lebih muda darimu. Kenapa sih, kau memanggilku nuna?” Joeun membereskan buku-bukunya. Buru-buru ia meninggalkan ruang klub sulap. Dia ini kenapa sih?

“Joeun-ah, kau ini kenapa sih?” Ia terus berjalan. Tanpa sekalipun menjawab pertanyaanku. Apa aku sudah salah omong ya? Aduh... Bagaimana ini..?

“JOEUN-AH!”

Aku menarik tangannya. Saat ia akhirnya berhenti, aku bergegas menghadap dirinya. Wajahnya... Oh, tidak. Aku dalam masalah besar.

“Joeun-ah, kenapa kau menangis? Apakah karena aku?”

“...Kalau memang ini salahmu, lalu kau mau apa? Menciumku untuk menenangkanku?”

“Bukan seperti itu... Aku...”

“Sudahlah, Oppa. Lepaskan tanganku. Aku hanya ingin pulang.”

“Biarkan aku mengantarmu,”

“Tidak usah. Aku bisa sendiri,”

Tanganku melemas. Ia melepaskan tangannya dari genggamanku. Dan pergi begitu saja. Tuhan, apa salahku? Kenapa dia... Ah! Payah kau, Alexander! Kau kan sudah berjanji untuk tidak membuatnya menangis lagi setelah kejadian setahun lalu. Sekarang bagaimana ini? Apakah aku harus meminta bantuan yang lain? Lagi?

“Ah... benar-benar payah..”

Aku mengeluarkan ponselku. Men-dial nomor orang itu lagi. Aku yakin dia akan marah besar karena meneleponnya di jam-jam sibuk seperti ini.

Ada apa?

“Soohyunie? Kau masih hidup?”

Jelas masih. Kenapa meneleponku malam-malam begini?

“Aku ingin... meminta nasihat darimu. Bisakah kau menemuiku di Starbucks dekat rumahmu?”

Jigeum?

“Mm-hm. Maaf mengganggu, Soohyunie.”

Tidak apa, hyung. Aku segera ke sana. Ngomong-ngomong, apakah ini tentang Joeun lagi?

“Iya.” Aku berjalan menyusuri jalan menuju Starbucks yang kubilang tadi. Jaraknya hanya beberapa rumah dari rumah Soohyun dan rumahku. Kami terus berbicara lewat telepon. Hingga sampailah aku di tempat. Kulihat belum ada tanda-tanda Soohyun di sana. Kalaupun ada, seharusnya Minji, musuh bebuyutannya di klub vokal yang juga bekerja di sini, sudah ijin pulang bahkan sebelum Soohyun sampai.

Aku bergegas menuju tempat kami biasa duduk. Sambil terus berbicara dengan Soohyun lewat telepon.

“Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku bahkan tidak tahu apa yang sudah kuperbuat hingga ia marah dan menangis seperti itu.”

Oh, jadi dia juga menangis, Hyung? Hebat. Dua kali kau membuatnya menangis. Harusnya ada perayaan untuk ini.

“Tsk. Diam kau, Kepala Besar. Kau mau aku membongkar rahasiamu pada Minji, bahwa kau su—“

HYUNG!! Andwae! Kalau kau berani membocorkan rahasia itu, awas saja kau!

“Biar. Kan kau sendiri yang memintanya,”

Dasar kau ini.

“Sudah, lupakan. Kau ada di mana sih? Sudah 10 menit aku ngobrol denganmu tapi kau tidak datang-datang. Starbucks ini dengan rumahmu kan, hanya berjarak 4 menit berjalan kaki,”

Aku sedang perjalanan. Sudah, aku tutup dulu teleponnya.

Dan dia menutup teleponnya begitu saja sebelum aku sempat membalas perkataannya. Apa-apaan anak ini? Berani sekali dia melawanku.

Hampir 5 menit aku menunggu Soohyun, tiba-tiba lampu kedai kopi yang terkenal ini menjadi remang-remang. Hampir gelap, tapi tidak cukup gelap untuk mataku. Oke. Ini sungguh tidak lucu. Ada apa ini?

Belum sempat aku berdiri untuk bertanya pada pelayan, seseorang menutup mataku dari belakang menggunakan sepotong kain berwarna hitam. Ahh... Ayolah... Ini sungguh tidak lucu..

“Siapa kau? Ada apa ini? Kenapa kau menutup mataku seperti ini? Kau siapa?” Berbagai pertanyaan meluncur begitu saja dari mulutku. Si penutup mata yang sepertinya perempuan—aku sempat mendengar suara hak sepatunya—hanya mendecak. Hei, hei, hei. Aku sedang serius. Apa-apaan ini?

Tiba-tiba, orang itu menciumku. Spontan, aku mundur. Siapa dia berani menciumku seperti itu?? Kurang ajar sekali ia pada Alexander ini. Dengan jengkel, aku membuka ikatan kain yang menutup mataku. Aku melihat sesosok perempuan di depanku. Aku tidak tahu siapa dia karena lampu kedai yang remang-remang. Tapi, yang aku tahu, dia mulai mendekat padaku, dan mengatakan sesuatu yang membuatku tersadar siapa dia.

“Ssshh... Biarkan aku menikmatinya kali ini...”

Suara ini... Joeun? Park Joeun?

Aku hendak bertanya siapa dia, saat tiba-tiba ia menempelkan bibirnya lagi di bibirku. Oh, yeah.. Aku kenal bibir ini. Hanya Joeun yang pernah menciumku. Tapi, tunggu. Kenapa dia ada di sini?

“Aku yang membawanya. Dia curhat padaku tentang kau yang tidak bisa berhenti bicara sehingga ia ingin, untuk sekali saja, membuatmu diam. Dan Minji Yang Hebat ini dengan baiknya memberinya nasihat yang sekarang dia lakukan. Atau bisa kubilang Nona Sok Tahu?” Sebuah suara menjelaskan, seperti membaca pikiranku. Dan aku kenal baik suara sok itu. Shin Soohyun, kau akan mati di tanganku.

“Hei Soohyun Kepala Besar, diam saja kau. Aku ini memang hebat. Dibandingkan dengan kau yang hanya bisa membuat kepalamu lebih besar lagi,” Minji membalas. Hei, hei, ada apa ini? Kenapa mereka malah bertengkar. Joeun bahkan sampai terganggu mengingat ia tidak menciumku lagi.

“Apa kau bilang?”

“Yah.. kau mendengarku dengan cukup baik. Atau kau terkena gangguan pendengaran, Orang Tua?”

“Diam kau, Lidah Udang.”

“Kau yang diam, Orang Tua.”

“HEI! BISAKAH KALIAN BERDUA DIAM?! Kami sedang melakukan apa yang kalian usulkan padaku!”

Bentakan Joeun benar-benar membuatku tersentak kaget. Ini pertama kalinya aku melihat ia seperti ini. Wow.

“Sudahlah, Jojo. Lupakan mereka. Anggap saja mereka burung-burung yang tengah kasmaran. Bisakah aku mendapat ciumanku lagi?”

Joeun menelengkan kepalanya ke kiri, tanda bahwa ia bingung dan heran dengan apa yang kukatakan. Yeah, aku mengenalnya sebaik itu.

“Kenapa kau berpikiran bahwa aku akan menciummu lagi?”

“Aku tidak tahu. Mungkin itu lebih seperti hukuman bagiku karena sudah terlalu banyak bicara. Tapi kau tahu? Itu semua karena aku peduli padamu. Aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau itu sudah mengganggumu. Aku akan menguranginya. Demi kau.

Tiba-tiba, wajahnya sudah sangat dekat setelah aku selesai mengatakan semua perasaanku. Dan,

“Kau memang terlalu banyak bicara,” Ia menciumku lagi.

Plak!

“Berhenti memandangiku seperti itu, Kepala Udang!”

Aku tersenyum dalam ciuman kami. Dua orang itu memang tidak akan pernah bisa akur.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

hehehe... i'm rushing. this is Mighty Alexander! hope you enjoy (if it's totally suck!) Jaaaa!!!


Salam,

Umi Sa'adah =]

7 Kisses : Kevin

so.... this is a not-a-oneshot-but-a-story-whatsoever, a fanfiction you may call it. i'll post per one character which is one of a member of our beloved U-KISS. stay tune for more. i'm still writing for last chapter. it's in indonesian, don't try to translate it to english using online translator. 'kay??

check this one out! enjoy!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Kevin’s POV

“Kevin! Kevin! Wait for me!” Eli-ya, berhentilah berbicara dengan bahasa Inggris. Dan berhentilah mengangguku. Malas, malas..

“Ada apa?” Eli terus bicara entah apa. Aku hanya mengangguk sok mengerti. Buku-bukuku lebih membutuhkan perhatian daripada cerocosan Eli yang sama sekali tidak masuk akal.

“... murid pindahan. Hyunmi. Kau ingat dia, ‘kan?”

Tunggu. Hyunmi? Nama itu... familiar. Jung Hyunmi? Dia sudah kembali? Seketika, aku menghentikan kegiatan menata buku-buku di lokerku.

“Hyunmi? Jung Hyunmi?”

“Molla. Soohyun hyung sepertinya tahu. Kau tanyakan saja padanya,”

“Lalu, kenapa kau berbicara seperti itu, seolah kau tahu segalanya?” Kututup lokerku pelan. Semalas apapun, aku tetap si angelic Kevin yang harus tahu manner. Aku tidak boleh membanting pintu lokerku. Kami berjalan menuju kafetaria, tidak terlalu jauh dari locker area.

“Aku tahu kau masih suka dengan Hyunmi, jadi aku berpikir kau pasti akan sangat senang kalau aku memberitahumu tentang kedatangannya hari ini. Aku tahu kau akan mengingatnya bahkan sebelum aku memeberitahumu.”

“Hari ini? Kau tahu dia masuk ke kelas apa?”

Eli memandangku aneh. Lalu tiba-tiba berubah menjadi curiga.

“Soohyun hyung lebih tahu tentang kedatangannya daripada aku. Kan sudah kubilang tadi. Ngomong-ngomong, kau tidak sedang merencanakan sesuatu yang aneh kan?”

Tiba-tiba kepalaku menjadi penuh dengan rencana-rencana. Entah apakah aku akan menggunakannya atau tidak, itu semua tergantung pada situasi dan kondisi. Kalau Eli tetap menempel padaku, aku yakin aku tidak akan bisa melaksanakan semua rencanaku. Eli itu terlalu pintar. Kau tahu, seperti... Sherlock Holmes. Kemampuannya meneliti sesuatu sangat menakutkan.

“Jangan berpikir macam-macam, Ikan. Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu.” Apa kubilang. Belum apa-apa dia sudah mengancamku seperti itu.

“Aku sedang tidak bisa berpikir benar. Jadi, jangan khawatirkan aku, Burung Gendut.”

Akhirnya sampai juga di kafetaria. Kami langsung menuju meja yang biasanya kami bertujuh tempati. Di sana sudah ada Dongho, yang termuda diantara kami. Dia dari klub baseball. Lalu ada Kiseop dan Alexander hyung. Mereka berdua ikut klub sulap. Dan Soohyun hyung. Dia seniorku di klub vokal. Hei, di mana Kibum hyung?

“Hyung, di mana Kibum hyung?” tanyaku pada Soohyun hyung. Ia menelan burger yang tengah dikunyahnya sebelum ia menjawab.

“Dia sedang ada acara. Kau tahu si murid pindahan?” Murid pindahan? Hyunmi-kah?

“Entahlah. Eli bilang namanya Hyunmi. Kau tahu dia siapa, Hyung?”

“Jung Hyunmi. Mantanmu itu. Masa kau tidak tahu?”

Tuh, kan. Apa kubilang. Hmm... Apa yang harus kulakukan? Eh, tunggu. Kenapa aku harus repot memikirkan apa yang harus kulakukan? Aku kan bukan siapa-siapanya lagi. Kami bahkan jarang berkontak karena dia pindah ke California seminggu setelah kami putus.

“Kami jarang berhubungan lagi setelah putus. Kenapa dia kembali?”

Soohyun hyung sepertinya sedang malas. Salah satu kebiasaannya jika sedang malas diganggu kan, memakan makanan cepat saji di kafetaria. Dan memelototi setiap orang yang dirasa mengganggunya. Seperti yang dilakukannya padaku saat ini.

“Mana kutahu, Ikan. Aku ini bukan ayahnya. Makan sana! Kau ini makin kurus setelah putus dengan Hyunmi. Dan jangan ganggu aku.”

Aku mengangguk patuh. Aku bergegas menuju stand yang menjual roti manis. Ah... aku suka roti ini! Setelah membayar, aku buru-buru berbalik, ingin segera menyantap habis roti manis ini. Namun, ketika aku berbalik, kau tahu siapa yang ada di belakangku?

“Hyunmi?” Oh, tidak. Dia menangkap basah Kevin yang sedang membeli roti manis dengan raut bahagia! Gawat, gawat...

“Kau... masih suka roti itu?” Aku mengangguk lemas. Dari sudut mataku kulihat Kibum hyung, hyungku yang lain, 91 line yang lain, dan Dongho terkikik-kikik melihatku dicegat—tercegat—oleh mantan kekasihku. Ah... dasar. Teman macam apa mereka? Bantulah Kevin yang malang ini, teman-teman...

“Sebenarnya... aku tidak peduli. Tapi, kau benar-benar harus berhenti makan makanan manis seperti itu. Kau akan semakin kurus nanti.” Mworago?

“Kalau kau memang tidak peduli, kenapa kau mengkhawatirkanku? Atas dasar apa?”

Sumpah. Aku baru saja melihat pipinya memerah. Dan ia langsung memalingkan pandangannya dariku. Suatu hal yang akan dia lakukan bila ia sedang gugup. Dan malu.

“Memangnya tidak boleh? Sama saja seperti kau masih menyuikaiku setelah kita putus,”

Tapi paling tidak aku jujur. Aku memang masih menyukaimu, Hyunmi-ya.

Akhirnya, tersampaikan juga perasaanku padanya. Kau tahu? Rasanya seperti sedang menembaknya waktu perta­­­­­ma kali. Hatiku benar-benar berdebar, penasaran dengan apa yang akan dikatakannya. Tapi, tunggu dulu. Ada apa ini? Kenapa ia makin mendekat padaku? Apakah ini hanya perasaanku saja?

Belum sempat aku berpikir dengan benar, sepasang bibir menempel lembut di bibirku. Hangat, lembut, dan... sangat... tak terprediksi. Hyunmi menciumku??

“Aku juga masih menyukaimu. Aku bodoh sudah meninggalkanmu begitu saja. Berterimakasihlah pada Soohyun dan Kibum oppa. Kau—dan aku—berhutang banyak pada mereka.”

Wow. Sungguh... menakjubkan. Ini kali kedua kami berciuman. Yeah, yeah. Kami memang innocent. Seperti nickname-ku.

Eh, tunggu, tunggu.

Apa yang dikatakannya tadi?

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

soooo...... short. i'm sorrrryyyy!! next one will be longer than this. stay tune!! thank you!


Salam,

Umi Sa'adah =]

Minggu, 05 Februari 2012

Semua Hanya... Mimpi?

Ngantuk. Satu-satunya yang gue rasain saat ini. Sebenernya, gue itu bukan tipe tukang begadang. Gue juga bukan tukang ronda, apalagi anak rajin yang ngerjain tugas sampe subuh. Jujur, gue bahkan paling males kalo disuruh ngerjain tugas. Denger tugasnya apaan aja kagak! Apa yang mau dikerjain coba? Gue itu tukang tidur profesional. Jadi gampang ngantuk dan oke-oke aja kalo ambruk di mana aja. Di toilet atau di sebelah tempat sampah SMA gue. Yang paling parah adalah gue pernah dan sempet tidur di tengah-tengah moshing pas PenSi tahun lalu, yang mengakibatkan kepala gue benjol dan berdarah-darah, tulang tangan gue remuk, dan kaki gue keseleo parah. Anehnya, gue nggak mati. Nah lho ?!

Tapi, bukan masalah tidur yang ngeganggu batin gue yang lemah ini. Mimpinya itu, lho! Gue punya pengalaman aneh. Walupun unik dan happy ending, gue jadi takut ngimpi lagi. Takut jadi kenyataan. Cukup sekali aja. Dan, tahu? Mimpi itu bener-bener ngerubah hidup gue.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

“Hoaaahhhmmm... Ren.. ngantuk... “ Waktu itu, gue, Karen, Wina, sama Jania lagi ngumpul di apartemen Karen di daerah metropolitan Seoul. Iya. Orangtua Karen emang kaya. Bapaknya presdir perusahaan perhotelan di Korsel dan di Kanada. Emaknya punya restoran dengan cabang-cabangnya tersebar di seluruh penjuru dunia. Dan apartemen itu punya Karen. Bukan punya orangtuanya. Bayangin sendiri seberapa kayanya Karen.

“Ya tidur sono! Repot amat jadi orang,” Jania, emang yang paling judes diantara kita berempat, cuma ngomong sekenanya tanpa sekalipun ngalihin pandangannya dari iPad kesayangannya, yang penuh foto-foto cowok dengan hot abs dan shirtless.

“Jangan gitu ah, Jan. Kamu tidur aja sana, Dan, kalo ngantuk.” Emang pantes kalo Wina dipanggil ‘Emak’. Bahasanya santun—kontras sama Jania yang demen banget nyablak sekenanya, penuh perhatian, dan leadership-nya tinggi banget! Ngalahin Junio, ketua OSIS SMA Larchennsval International.

“Iya deh. Apa kata lo aja, Na.” Tapi, bukannya masuk kamar, gue berpikir buat jalan-jalan dulu sebentar di jalanan kota metropolitan ini. Jarang-jarang bisa ke Korea dan ngehirup atmosfer di sini.

‘Nggak jauh beda sama Bandung,’ pikir gue. Cuma bedanya, kebanyakan orang sini pada jalan kaki. Dan banyak dari mereka terburu-buru. Kebiasa tepat waktu, sih. Yah, menurut apa yang gue baca di internet. Jadi gue nggak sepenuhnya ngerti.

Baru aja gue berpikir kalo Seoul gak jauh beda sama Bandung, satu bukti muncul. Ada Joni! Apa bukan ya??

FYI, Joni itu kembaran Junio. Bedanya, Joni orangnya bandel dan brengsek banget. Kalo Junio... ya.. bisa ditebaklah. Kalo dia jadi ketua OSIS, itu artinya dia beradab. Parahnya, gue naksir Joni! Oke, nggak sepenuhnya. Gue cuma demen sama dia karena dia mirip Kevin, salah satu member boyband Korsel, “U-Kiss”. Sisanya... Mungkin karena dia charming?

Tapi, tunggu sebentar! Ada kemungkinan dia bukan Joni. Ngapain pula Joni di Korsel? Kali aja itu bener-bener Kevin. Wow! Jackpot!

Pelan-pelan, gue hampirin orang-yang-mirip-kevin-atau-joni-terserah-mau-sebut-siapa yang keliatannya lagi sibuk sama ponsel-nya. Karena nggak berani nyapa, gue cukup lewat pelan-pelan di hadapannya.

Dan kalian tau dia siapa??? Joni!!! Kenapa gue bisa tau? Gue hapal banget parfum aroma musk-nya. OMAIGAT.

Sialnya, dia sadar gue lewat di depan dia. Dan dengan malesnya, gue nyaut aja waktu dia nyapa gue.

“Lho, Dan? Lo di sini juga toh? Kirain cuma anak-anak ekskul Korea sama OSIS aja,” Dengan santai dia nanya. Emang dia nggak liat gue yang udah keringat dingin begini ya? Gila. Ngapain sih, dia di sini? OSIS aja bukan.

“Gue kan ekskul Korea juga. Trus, lo ngapain di sini?” Aduh, demi apa!! Dia ngeluarin senyum khasnya yang bikin cewek-cewek di sekolah gue klepek-klepek. OMAIGAT kuadrat.

“Gue diajakin Junio. Farah nggak bisa ikut, jadi dia ngajak gue ke sini.” Farah, sekretaris di OSIS. Cewek dengan tulisan tangan mirip Edward Cullen, secepet apapun speed-nya.

“Oh.” Cuma dua alfabet itu yang keluar dari mulut gue. Payah lo, Danya!! Panjangan dikit kenapa ngomongnya!?

Sambil nahan hati gue yang ketar-ketir nggak keruan karena sekarang Joni ngajakin gue jalan di taman terdekat. OMAIGAT kubik.

“Jadi, lo gimana... sama Trisha?” tanya gue, takut-takut. Jujur, takut banget. Kata anak-anak di sekolah, Trisha adalah salah satu topik paling sensitif buat Joni. Dan topik ini berpotensi bikin Joni murka. Dan begonya gue, pake nanya-nanya soal Trisha! PAYAAHH!!!

Tapi, dengan santai, Joni ngejawab pertanyaan gue. Aneh.

“Gue masih sensitif, sih, kalo ngomongin soal si jalang sialan itu.” Nah lho, apa gue bilang. “Tapi Junio ngasih tau gue buat selalu sabar, apapun topiknya. Dia emang bener-bener kembaran yang ngertiin banget.”

Tunggu. Gue nggak salah denger, nih? Joni muji Junio? Jo-ni-mu-ji-Ju-ni-o? JONI MUJI JUNIO?

Dunia belum kiamat, kan?

“Tapi, ati-ati aja, Dan. Selera kita soal cewek bener-bener sama.” Tatapan mata yang menyertai tiap kata-katanya ngingetin gue sama kejadian sebulan lalu di selasar sekolah. Tatapan itu sama dengan tatapan Junio. Iya, bulan lalu dia juga ngingetin gue soal ini. Awalnya, gue pikir itu wajar. Toh, mereka juga kembar.

Tapi, setelah peristiwa yang terjadi setelah ini, bener-bener buka mata gue.

Sepersekian detik kemudian, dua belah bibir mendarat di bibir gue. Oke. What is happening here? Otak gue nggak bisa bekerja. Kalo pernah liat saluran ‘rahasia’, pasti ngerti maksud gue.

Belum sempet gue sadar, bibir itu menghilang. Baru beberapa menit kemudian gue sadar. Joni udah nggak ada di tempat. Ke mana tuh orang?? Ngilang gitu aja habis cium-cium orang seenaknya! Payah!

Mata gue nyelidik ke sana ke mari. Nggak ada satupun jejak yang ngasih tahu ke mana Joni pergi. Dan tiba-tiba, semua berubah. Semua jadi putih.

Oke, oke, oke. Gue bener-bener nggak ngerti apa yang sebenernya terjadi di sini. Gue nyoba buat cari tahu. Gue lari ke sana kemari. Tapi apa yang gue dapet? Nihil. Tempat ini kayak studio yang sering buat syuting video klip “Super Junior” atau kayak di video klipnya “Brown Eyed Girls” yang Abracadabra. Am I in some studio here in Seoul? Nggak mungkin banget.

Di mana gue!!??

Lalu, pelan-pelan, gue liat bayangan langit-langit berwarna hijau dan ada lampu yang menyala terang. Gusti, gue ada di mana lagi sih ini??

Dan kemudian, semua menjadi jelas. Gue ada di kamar gue sendiri di apartemen Karen. Oh my. JADI ITU SEMUA CUMA MIMPI!!?? Gue udah seneng ketemu Joni, dan ternyata itu semua cuma mimpi?? Hahaha. Ketawa gue. Dengan tawa paling sarkastis. Terima kasih.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Singkat cerita, gue mutusin buat jalan-jalan setelah kejadian mimpi gue yang naas itu. Dan kalian tahu? Di mana gue jalan, tempat-tempat apa aja yang gue lewatin, semua persis kayak yang ada di mimpi gue.

Bahkan cowok sialan yang ninggalin gue begitu aja di mimpi, muncul di tempat yang sama. Dan sedang mengutak-atik ponselnya. Dengan mengenakan pakaian yang persis sama. Dan saat gue lewat di depannya, pelan-pelan, parfum beraroma musk itu kembali tercium.

Uh-oh. Bahkan percakapan yang terjadi diantara kita berdua, setelah dia nyapa gue, sama persis dengan apa yang kejadian di mimpi! Gusti, kenapa, nih?

Kita jalan-jalan lagi. Iya, gue sama Joni. Iya, di taman yang sama. Dengan peringatan yang sama. Dan dia juga nyium gue.

Tapi, sebelum dia narik dirinya dari bibir gue yang menggoda ini, gue tahan dia di tempatnya. Jarak kita bahkan nggak ada satu senti. Dan dengan penuh keberanian, gue nanya,

“Gue mimpi kejadian yang persis sama dengan kejadian saat ini. Dan elo juga nyium gue dengan nggak etisnya kayak gini. Apa mau lo?”

Dia senyum.

Tapi, tunggu. Senyum itu.... bukan Joni. Gue hapal banget devil smile Joni. Dia bukan Joni. Dia... Junio... kah?

“Mimpi? Lo pikir, apa yang lo alami 15 menit yang lalu itu mimpi?”

Dan dia pergi gitu aja. Ninggalin gue yang terbengong-bengong bingung.

M.A.M.P.U.S.


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

hai, hai. umi kembali. oke, gue belom mati.

jadi, cerita ini adalah pure khayalan semata. dan ini sebenernya tugas sastra indonesia gue. menurut guru gue, cerita ini udah lumayan. lega sih. tapi gue butuh saran lebih banyak biar gue bisa lebih baik lagi.

ini ngomong apa sih?

oke jadi gue ngepost ini sebagai tanda gue belom mati. and please enjoy this amateur world.

with kevin oppa from u-kiss as the background. y'all like that??


Salam,

Umi Sa'adah