Oktober 2026, The
Lab, Reuni SMA Angkatan Tahun 2010
“Bukannya
Aga kerja di Bandung, ya?”
“Trus,
loe kerja di Jakarta, kan, Ra?”
“Aga
juga, kan, kerja fulltime. Dan loe
editor paling sibuk di dunia.”
“Dan
yang paling gue heran ya, cuma seminggu dua kali kalian ketemu, kenapa loe bisa
hamil, sih?”
Tara dan
Aga hanya tersenyum, lalu menyeruput minuman mereka. Teman-teman di sekeliling
mereka kembali bertanya-tanya tentang keajaiban kehamilan Tara yang kedua.
Kuantitas pertemuan mereka hanya 2 kali seminggu, walaupun sudah 6 tahun mereka
menikah. Tapi, yang tidak mereka ketahui adalah kualitas pertemuan mereka.
Tara
meminum jus jeruknya, sebelum ia menanggapi pertanyaan-pertanyaan
sahabat-sahabat lamanya.
“Well, sebenernya ada waktu-waktu
tertentu dimana Aga bisa di rumah seminggu full.
Libur dia yang terakhir 3 bulan lalu. Dan gue udah jalan 3 bulan. Do the math, folks.”
Rio,
yang pertama kali mengerti maksud Tara, menampar lengan Ray di sebelahnya.
“Jadi, abis kumpul-kumpul kita waktu itu, loe langsung... gitu... gitu?”
“Gitu
gimana?” Aga pura-pura tidak mengerti.
“Ya,
gitu! Ah, loe kayak nggak ngerti aja, sih!” Rio ngambek, lalu menyedot Iced
Mocca-nya barbar dengan bibir yang dimanyunkan.
“Emang
gimana, sih? Gue nggak ngerti,” Dani berbisik pada Bella di sebelahnya, cukup
keras untuk didengar semua orang di meja itu, yang membuat semua terbahak.
Bella
menyedot Iced Mocca-nya, sama barbarnya dengan Rio, sambil tertawa. Dan hampir
membuatnya tersedak. “Yaelah, Dan! 4 tahun loe nikah sama si Ray, masa nggak
ngerti, sih??” Dani hanya bengong.
Tara,
kasihan melihat temannya yang masih tidak mengerti walau sudah berumahtangga
selama 4 tahun lebih, memutuskan untuk menceritakan keajaiban kehamilannya.
“Gue
ceritain, deh. Singkat aja tapi, ya,”
Semua
kepala mengangguk. Dan Aga hanya tersenyum. Here
comes the story.
# # #
Akhir Juli 2026,
Kediaman Keluarga Magandhi Janaka
Sedikit
dingin malam itu. Hujan turun agak deras. Kabut setengah menutupi area
kompleks. Angin berhembus cukup kencang. Bisa dikatakan sedikit dingin, kan,
malam itu?
Terlihat
sesosok wanita sedang membenahi tempat tidur anaknya agar nyaman untuk tidur.
Ia duduk sebentar dan membuka sebuah buku cerita untuk mendongeng anaknya
sebelum tidur. Cerita untuk hari itu, Beauty
and The Beast.
Namun,
baru sampai ia di tengah-tengah cerita, dilihatnya anaknya sudah pulas. Terlalu
capek ia ternyata. Ia meraih selimut bergambar Belle The Beauty, dan hati-hati
menyelimutinya. Ia kecup kening anak perempuannya itu, lalu keluar dari kamar
anaknya, setelah sebelumnya ia matikan lampu kamarnya.
Saat
itulah terdengar dering ponselnya. Segera ia mengangkat, dan dengan segera pula
sebuah senyum mengembang di bibirnya, setelah ia mendengar suara suaminya di
seberang.
“Halo?”
“Halo? Belum tidur, Chan?” Chan. Hanya
Aga yang senang memanggilnya dengan suku kata pertama nama depannya.
“Belum.
Mas Aga belum tidur juga?” Mas Aga. Kebiasaan itu timbul di awal pernikahan
mereka. Dan Aga pun tidak terlalu ambil pusing dengan panggilan itu, walau
mereka seumuran. Berasa suami, katanya.
“Belum.”
“Lagi
ngapain emang?”
“Kerjalah. Ngapain lagi coba?”
Masih
kerja juga? “Bukannya Mas Aga dapat jatah libur ya, minggu ini?”
“Diundur. Ada deadline baru. Nggak tahu juga. Kenapa?”
“Ziva.
Kangen katanya,”
“Ziva? Atau jangan-jangan kamu?”
Ketahuan. Sial.
“Tau
aja, sih,”
“Tau, dong.”
Jeda.
Hanya untuk beberapa saat, sampai Tara berbicara lagi.
“Kapan
libur?”
“Minggu depan.”
“Bisa
dateng ke rumah, kan?”
“Bisalah. Bayarin tiketnya tapi,”
Tiket?
Apa pula ini?
“Lah,
kan cuma Bandung-Jakarta. Ada mobil juga, kan?”
“Aku lagi di Pyeongyang.”
“Ngapain
di Pyeongyang?” Smells fishy. Mau
main-main kayaknya.
“Disandera.” Tuh, kan.
“Buset!
Trus ini telponnya pake handphone
siapa?”
“Nggak tau. Aku nemu. Ternyata punya Siwon.”
“Tau
darimana itu punya Siwon?”
“Ada kopian Yaasin, sama E-Quran juga. Siwon
kan, religius. Berarti punya dia, kan?”
“ Kesurupan
SM Salah Gaul, ya, kamu?”
“Tau aja, sih, istrinya Magandhi,”
“Idih,
sori ya!”
Call Ended. Tunggu saja. 1 menit. Pasti akan
ada pesan masuk dari Aga.
Tringg~
Tuh,
kan.
“...
Magandhi, kan, tampan..? Apa lagi sih, bapak satu ini? Nggak jelas banget,”
Tara
memutuskan untuk meneleponnya lagi. Baru
terdengar dering pertama, telepon langsung diangkat.
“Nggak ngambek, kan?”
“Nggaklah.
Lagi di kafe Rio, kan?” Buka sajalah kartu trufnya sekarang. Sedari tadi Tara
memang sudah sadar kalau suaminya itu tidak sendiri. Terdengar suara kikik khas
Rio saat Aga mengerjainya dengan taktik “disandera di Pyeongyang”.
“Iya. Segitu jelasnya, ya?”
“Ketawanya
si Rio tuh, jelas banget tau. Buruan pulang, deh. Udah malem banget ini,”
“Ha! Emang dasar si Rio. Iya, deh, aku
pulang. Ziva udah tidur dari tadi, kan, ya?”
“Iya.
Kenapa emang?”
“Nggak. Baguslah. 15 menit lagi aku pulang,
Chan. Tunggu, ya?”
“Ati-ati
di jalan, Mas.”
15
menit. Cukuplah untuk beres-beres mainan Ziva yang masih berantakan tadi.
Namun,
belum sampai 15 menit terdengar deru mobil Aga memasuki garasi. Tara memasukkan
mainan terakhir ke dalam boks mainan, lalu menuju pintu depan. Saat ia
membukanya, Aga langsung menerjang masuk, dan tiba-tiba memeluk pinggangnya,
lalu menciumnya. Bukan sejenis ciuman “aku cinta kamu”, tapi lebih pada ciuman
“aku cinta kamu, dan aku kangen banget sama kamu karena selama ini aku cuma
bisa ketemu kamu dua kali seminggu”.
“Aku
nggak suka nunggu tiap tiga bulan sekali buat ketemu kalian berdua. Dan aku
juga nggak suka nunggu yang satu ini. Jadi, mendingan kita puas-puasin aja.
Mumpung Ziva udah tidur juga, kan?” Aga mengerling pada Tara. Tara hanya memutar
bola matanya. Ridiculous.
“Oh, come on, sweetheart. I know you want it, too,”
Tara
menatap mata suaminya itu. Sedetik. Dua detik. Tiga detik.
Dan
akhirnya, “Okay, fine.” Ia berbalik
sebentar untuk mengunci pintu. Lalu menarik suaminya. Kepada keinginan tak
terelakkan mereka.
# # #
Present time, Oktober 2026, The Lab, Reuni SMA Angkatan Tahun 2012
“... And you know what happened next.” Tara
mengakhiri ceritanya. Cukup untuk membuat audience
bengong. Cukup untuk membuat Dani mengangguk mengerti. Dan cukup untuk
membuat Aga tersenyum bangga.
“Waktu
itu loe libur, Ga?” Rio yang pertama kali buka suara. Aga hanya mengangguk
membenarkan.
Lalu
giliran Bella berkomentar. “Sinting loe berdua,”
Lalu Billa.
“Berarti Ziva juga?” Tara dan Aga mengangguk bersamaan.
Dan Ray.
“Bener-bener kayak yang di Reply 1997.
Siapa tuh, karakter utamanya?”
“Yoon
Yoon Jae sama Sung Shi Won?” Alvin menimpali.
“Iya,
tuh, iya. Untung waktu loe punya Ziva, loe udah kawin, Ga,” komentar Ray. Ia
lalu memukul lengan atas Aga pelan.
“Lho, emang
si Yoon Jae sama Shi Won belum nikah ya, waktu punya anak pertama mereka?” Bella
menggeleng menanggapi pertanyaan Billa. Si maniak K-Drama ini langsung
membenarkan.
“Seinget
gue, mereka belum nikah. Karena itu, Yoon Jae sama Shi Won nikah duluan. Ganggu
rencana pernikahan kakaknya si Yoon Jae, yang bikin emak bapaknya Shi Won
marah-marah sama si Yoon Jae sama Shi Won.”
Rio
menggeleng-gelengkan kepalanya, mendecak sok
kecewa. “Emang dasar maniak korea loe, Bel,”
“Trus,
kenapa loe mau nikah sama gue?”
“Yah,
itu kan, karena gue cinta sama loe, bukan karena loe maniak korea,”
Wajah Bella
otomatis memerah mendengar komentar Rio, membuat seluruh penduduk meja itu
bersorak. Mengejek pasangan paling absurd
sedunia itu. Rio dan Bella bergantian membalas ejekan kawan-kawan mereka itu.
Di
tengah-tengah keributan itu, mereka akhirnya diselamatkan oleh pertanyaan Dani
yang membuat mereka sadar tentang topik utama reuni kali ini.
“Eh, eh,
ngomong-ngomong due-nya kapan, Ra?”
“Sekitar
April tahun depan. Kenapa?” Tara mantap menjawab.
“Mau loe
namain siapa?”
Tara
berpikir sebentar. Lalu memandang Aga dengan senyum penuh arti.
“Kalo
cowok, Jethro untuk nama tengahnya. Kalo cewek, Myka.”
Semuanya
menghela nafas kecewa. “Lagi?” protes mereka bersamaan.
“Iya,
dong.” Tara mengangguk lebih mantap lagi. Soal nama mereka memang sudah sepakat
sejak lama.
Dan
karena ini, meja itu kembali rusuh. Protes akan nama yang telah dipersiapkan
Tara dan Aga menuai kontroversi. Lagi dan lagi, topik demi topik diangkat, tapi
terus saja terdengar protes.
Reuni
kali ini memang yang teramai.
And this is the end of The Story.
Stay alive and bye bye!
# # #
P.S : Done! See ya soon, folks!
Regards,
Umi Sa'adah =]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar