Laman

Sabtu, 24 Maret 2012

7 Kisses : Kevin

so.... this is a not-a-oneshot-but-a-story-whatsoever, a fanfiction you may call it. i'll post per one character which is one of a member of our beloved U-KISS. stay tune for more. i'm still writing for last chapter. it's in indonesian, don't try to translate it to english using online translator. 'kay??

check this one out! enjoy!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Kevin’s POV

“Kevin! Kevin! Wait for me!” Eli-ya, berhentilah berbicara dengan bahasa Inggris. Dan berhentilah mengangguku. Malas, malas..

“Ada apa?” Eli terus bicara entah apa. Aku hanya mengangguk sok mengerti. Buku-bukuku lebih membutuhkan perhatian daripada cerocosan Eli yang sama sekali tidak masuk akal.

“... murid pindahan. Hyunmi. Kau ingat dia, ‘kan?”

Tunggu. Hyunmi? Nama itu... familiar. Jung Hyunmi? Dia sudah kembali? Seketika, aku menghentikan kegiatan menata buku-buku di lokerku.

“Hyunmi? Jung Hyunmi?”

“Molla. Soohyun hyung sepertinya tahu. Kau tanyakan saja padanya,”

“Lalu, kenapa kau berbicara seperti itu, seolah kau tahu segalanya?” Kututup lokerku pelan. Semalas apapun, aku tetap si angelic Kevin yang harus tahu manner. Aku tidak boleh membanting pintu lokerku. Kami berjalan menuju kafetaria, tidak terlalu jauh dari locker area.

“Aku tahu kau masih suka dengan Hyunmi, jadi aku berpikir kau pasti akan sangat senang kalau aku memberitahumu tentang kedatangannya hari ini. Aku tahu kau akan mengingatnya bahkan sebelum aku memeberitahumu.”

“Hari ini? Kau tahu dia masuk ke kelas apa?”

Eli memandangku aneh. Lalu tiba-tiba berubah menjadi curiga.

“Soohyun hyung lebih tahu tentang kedatangannya daripada aku. Kan sudah kubilang tadi. Ngomong-ngomong, kau tidak sedang merencanakan sesuatu yang aneh kan?”

Tiba-tiba kepalaku menjadi penuh dengan rencana-rencana. Entah apakah aku akan menggunakannya atau tidak, itu semua tergantung pada situasi dan kondisi. Kalau Eli tetap menempel padaku, aku yakin aku tidak akan bisa melaksanakan semua rencanaku. Eli itu terlalu pintar. Kau tahu, seperti... Sherlock Holmes. Kemampuannya meneliti sesuatu sangat menakutkan.

“Jangan berpikir macam-macam, Ikan. Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu.” Apa kubilang. Belum apa-apa dia sudah mengancamku seperti itu.

“Aku sedang tidak bisa berpikir benar. Jadi, jangan khawatirkan aku, Burung Gendut.”

Akhirnya sampai juga di kafetaria. Kami langsung menuju meja yang biasanya kami bertujuh tempati. Di sana sudah ada Dongho, yang termuda diantara kami. Dia dari klub baseball. Lalu ada Kiseop dan Alexander hyung. Mereka berdua ikut klub sulap. Dan Soohyun hyung. Dia seniorku di klub vokal. Hei, di mana Kibum hyung?

“Hyung, di mana Kibum hyung?” tanyaku pada Soohyun hyung. Ia menelan burger yang tengah dikunyahnya sebelum ia menjawab.

“Dia sedang ada acara. Kau tahu si murid pindahan?” Murid pindahan? Hyunmi-kah?

“Entahlah. Eli bilang namanya Hyunmi. Kau tahu dia siapa, Hyung?”

“Jung Hyunmi. Mantanmu itu. Masa kau tidak tahu?”

Tuh, kan. Apa kubilang. Hmm... Apa yang harus kulakukan? Eh, tunggu. Kenapa aku harus repot memikirkan apa yang harus kulakukan? Aku kan bukan siapa-siapanya lagi. Kami bahkan jarang berkontak karena dia pindah ke California seminggu setelah kami putus.

“Kami jarang berhubungan lagi setelah putus. Kenapa dia kembali?”

Soohyun hyung sepertinya sedang malas. Salah satu kebiasaannya jika sedang malas diganggu kan, memakan makanan cepat saji di kafetaria. Dan memelototi setiap orang yang dirasa mengganggunya. Seperti yang dilakukannya padaku saat ini.

“Mana kutahu, Ikan. Aku ini bukan ayahnya. Makan sana! Kau ini makin kurus setelah putus dengan Hyunmi. Dan jangan ganggu aku.”

Aku mengangguk patuh. Aku bergegas menuju stand yang menjual roti manis. Ah... aku suka roti ini! Setelah membayar, aku buru-buru berbalik, ingin segera menyantap habis roti manis ini. Namun, ketika aku berbalik, kau tahu siapa yang ada di belakangku?

“Hyunmi?” Oh, tidak. Dia menangkap basah Kevin yang sedang membeli roti manis dengan raut bahagia! Gawat, gawat...

“Kau... masih suka roti itu?” Aku mengangguk lemas. Dari sudut mataku kulihat Kibum hyung, hyungku yang lain, 91 line yang lain, dan Dongho terkikik-kikik melihatku dicegat—tercegat—oleh mantan kekasihku. Ah... dasar. Teman macam apa mereka? Bantulah Kevin yang malang ini, teman-teman...

“Sebenarnya... aku tidak peduli. Tapi, kau benar-benar harus berhenti makan makanan manis seperti itu. Kau akan semakin kurus nanti.” Mworago?

“Kalau kau memang tidak peduli, kenapa kau mengkhawatirkanku? Atas dasar apa?”

Sumpah. Aku baru saja melihat pipinya memerah. Dan ia langsung memalingkan pandangannya dariku. Suatu hal yang akan dia lakukan bila ia sedang gugup. Dan malu.

“Memangnya tidak boleh? Sama saja seperti kau masih menyuikaiku setelah kita putus,”

Tapi paling tidak aku jujur. Aku memang masih menyukaimu, Hyunmi-ya.

Akhirnya, tersampaikan juga perasaanku padanya. Kau tahu? Rasanya seperti sedang menembaknya waktu perta­­­­­ma kali. Hatiku benar-benar berdebar, penasaran dengan apa yang akan dikatakannya. Tapi, tunggu dulu. Ada apa ini? Kenapa ia makin mendekat padaku? Apakah ini hanya perasaanku saja?

Belum sempat aku berpikir dengan benar, sepasang bibir menempel lembut di bibirku. Hangat, lembut, dan... sangat... tak terprediksi. Hyunmi menciumku??

“Aku juga masih menyukaimu. Aku bodoh sudah meninggalkanmu begitu saja. Berterimakasihlah pada Soohyun dan Kibum oppa. Kau—dan aku—berhutang banyak pada mereka.”

Wow. Sungguh... menakjubkan. Ini kali kedua kami berciuman. Yeah, yeah. Kami memang innocent. Seperti nickname-ku.

Eh, tunggu, tunggu.

Apa yang dikatakannya tadi?

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

soooo...... short. i'm sorrrryyyy!! next one will be longer than this. stay tune!! thank you!


Salam,

Umi Sa'adah =]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar