Laman

Senin, 11 Februari 2013

The Story


Oktober 2026, The Lab, Reuni SMA Angkatan Tahun 2010

“Bukannya Aga kerja di Bandung, ya?”

“Trus, loe kerja di Jakarta, kan, Ra?”

“Aga juga, kan, kerja fulltime. Dan loe editor paling sibuk di dunia.”

“Dan yang paling gue heran ya, cuma seminggu dua kali kalian ketemu, kenapa loe bisa hamil, sih?”

Tara dan Aga hanya tersenyum, lalu menyeruput minuman mereka. Teman-teman di sekeliling mereka kembali bertanya-tanya tentang keajaiban kehamilan Tara yang kedua. Kuantitas pertemuan mereka hanya 2 kali seminggu, walaupun sudah 6 tahun mereka menikah. Tapi, yang tidak mereka ketahui adalah kualitas pertemuan mereka.

Tara meminum jus jeruknya, sebelum ia menanggapi pertanyaan-pertanyaan sahabat-sahabat lamanya.

Well, sebenernya ada waktu-waktu tertentu dimana Aga bisa di rumah seminggu full. Libur dia yang terakhir 3 bulan lalu. Dan gue udah jalan 3 bulan. Do the math, folks.”

Rio, yang pertama kali mengerti maksud Tara, menampar lengan Ray di sebelahnya. “Jadi, abis kumpul-kumpul kita waktu itu, loe langsung... gitu... gitu?”

“Gitu gimana?” Aga pura-pura tidak mengerti.

“Ya, gitu! Ah, loe kayak nggak ngerti aja, sih!” Rio ngambek, lalu menyedot Iced Mocca-nya barbar dengan bibir yang dimanyunkan.

“Emang gimana, sih? Gue nggak ngerti,” Dani berbisik pada Bella di sebelahnya, cukup keras untuk didengar semua orang di meja itu, yang membuat semua terbahak.

Bella menyedot Iced Mocca-nya, sama barbarnya dengan Rio, sambil tertawa. Dan hampir membuatnya tersedak. “Yaelah, Dan! 4 tahun loe nikah sama si Ray, masa nggak ngerti, sih??” Dani hanya bengong.
Tara, kasihan melihat temannya yang masih tidak mengerti walau sudah berumahtangga selama 4 tahun lebih, memutuskan untuk menceritakan keajaiban kehamilannya.

“Gue ceritain, deh. Singkat aja tapi, ya,”

Semua kepala mengangguk. Dan Aga hanya tersenyum. Here comes the story.

# # #

Akhir Juli 2026, Kediaman Keluarga Magandhi Janaka

Sedikit dingin malam itu. Hujan turun agak deras. Kabut setengah menutupi area kompleks. Angin berhembus cukup kencang. Bisa dikatakan sedikit dingin, kan, malam itu?

Terlihat sesosok wanita sedang membenahi tempat tidur anaknya agar nyaman untuk tidur. Ia duduk sebentar dan membuka sebuah buku cerita untuk mendongeng anaknya sebelum tidur. Cerita untuk hari itu, Beauty and The Beast.

Namun, baru sampai ia di tengah-tengah cerita, dilihatnya anaknya sudah pulas. Terlalu capek ia ternyata. Ia meraih selimut bergambar Belle The Beauty, dan hati-hati menyelimutinya. Ia kecup kening anak perempuannya itu, lalu keluar dari kamar anaknya, setelah sebelumnya ia matikan lampu kamarnya.

Saat itulah terdengar dering ponselnya. Segera ia mengangkat, dan dengan segera pula sebuah senyum mengembang di bibirnya, setelah ia mendengar suara suaminya di seberang.

“Halo?”

Halo? Belum tidur, Chan?” Chan. Hanya Aga yang senang memanggilnya dengan suku kata pertama nama depannya.

“Belum. Mas Aga belum tidur juga?” Mas Aga. Kebiasaan itu timbul di awal pernikahan mereka. Dan Aga pun tidak terlalu ambil pusing dengan panggilan itu, walau mereka seumuran. Berasa suami, katanya.

Belum.

“Lagi ngapain emang?”

Kerjalah. Ngapain lagi coba?

Masih kerja juga? “Bukannya Mas Aga dapat jatah libur ya, minggu ini?”

Diundur. Ada deadline baru. Nggak tahu juga. Kenapa?

“Ziva. Kangen katanya,”

Ziva? Atau jangan-jangan kamu?” Ketahuan. Sial.

“Tau aja, sih,”

Tau, dong.

Jeda. Hanya untuk beberapa saat, sampai Tara berbicara lagi.

“Kapan libur?”

Minggu depan.

“Bisa dateng ke rumah, kan?”

Bisalah. Bayarin tiketnya tapi,

Tiket? Apa pula ini?

“Lah, kan cuma Bandung-Jakarta. Ada mobil juga, kan?”

Aku lagi di Pyeongyang.

“Ngapain di Pyeongyang?” Smells fishy. Mau main-main kayaknya.

Disandera.” Tuh, kan.

“Buset! Trus ini telponnya pake handphone siapa?”

Nggak tau. Aku nemu. Ternyata punya Siwon.

“Tau darimana itu punya Siwon?”

Ada kopian Yaasin, sama E-Quran juga. Siwon kan, religius. Berarti punya dia, kan?

“ Kesurupan SM Salah Gaul, ya, kamu?”

Tau aja, sih, istrinya Magandhi,”

“Idih, sori ya!”

Call Ended. Tunggu saja. 1 menit. Pasti akan ada pesan masuk dari Aga.

Tringg~

Tuh, kan.

“... Magandhi, kan, tampan..? Apa lagi sih, bapak satu ini? Nggak jelas banget,”

Tara memutuskan untuk meneleponnya lagi. Baru terdengar dering pertama, telepon langsung diangkat.

Nggak ngambek, kan?

“Nggaklah. Lagi di kafe Rio, kan?” Buka sajalah kartu trufnya sekarang. Sedari tadi Tara memang sudah sadar kalau suaminya itu tidak sendiri. Terdengar suara kikik khas Rio saat Aga mengerjainya dengan taktik “disandera di Pyeongyang”.

Iya. Segitu jelasnya, ya?

“Ketawanya si Rio tuh, jelas banget tau. Buruan pulang, deh. Udah malem banget ini,”

Ha! Emang dasar si Rio. Iya, deh, aku pulang. Ziva udah tidur dari tadi, kan, ya?

“Iya. Kenapa emang?”

Nggak. Baguslah. 15 menit lagi aku pulang, Chan. Tunggu, ya?

“Ati-ati di jalan, Mas.”

15 menit. Cukuplah untuk beres-beres mainan Ziva yang masih berantakan tadi.

Namun, belum sampai 15 menit terdengar deru mobil Aga memasuki garasi. Tara memasukkan mainan terakhir ke dalam boks mainan, lalu menuju pintu depan. Saat ia membukanya, Aga langsung menerjang masuk, dan tiba-tiba memeluk pinggangnya, lalu menciumnya. Bukan sejenis ciuman “aku cinta kamu”, tapi lebih pada ciuman “aku cinta kamu, dan aku kangen banget sama kamu karena selama ini aku cuma bisa ketemu kamu dua kali seminggu”.

“Aku nggak suka nunggu tiap tiga bulan sekali buat ketemu kalian berdua. Dan aku juga nggak suka nunggu yang satu ini. Jadi, mendingan kita puas-puasin aja. Mumpung Ziva udah tidur juga, kan?” Aga mengerling pada Tara. Tara hanya memutar bola matanya. Ridiculous.

“Oh, come on, sweetheart. I know you want it, too,”

Tara menatap mata suaminya itu. Sedetik. Dua detik. Tiga detik.

Dan akhirnya, “Okay, fine.” Ia berbalik sebentar untuk mengunci pintu. Lalu menarik suaminya. Kepada keinginan tak terelakkan mereka.

# # #

Present time, Oktober 2026, The Lab, Reuni SMA Angkatan Tahun 2012

“... And you know what happened next.” Tara mengakhiri ceritanya. Cukup untuk membuat audience bengong. Cukup untuk membuat Dani mengangguk mengerti. Dan cukup untuk membuat Aga tersenyum bangga.

“Waktu itu loe libur, Ga?” Rio yang pertama kali buka suara. Aga hanya mengangguk membenarkan.

Lalu giliran Bella berkomentar. “Sinting loe berdua,”

Lalu Billa. “Berarti Ziva juga?” Tara dan Aga mengangguk bersamaan.

Dan Ray. “Bener-bener kayak yang di Reply 1997. Siapa tuh, karakter utamanya?”

“Yoon Yoon Jae sama Sung Shi Won?” Alvin menimpali.

“Iya, tuh, iya. Untung waktu loe punya Ziva, loe udah kawin, Ga,” komentar Ray. Ia lalu memukul lengan atas Aga pelan.

“Lho, emang si Yoon Jae sama Shi Won belum nikah ya, waktu punya anak pertama mereka?” Bella menggeleng menanggapi pertanyaan Billa. Si maniak K-Drama ini langsung membenarkan.

“Seinget gue, mereka belum nikah. Karena itu, Yoon Jae sama Shi Won nikah duluan. Ganggu rencana pernikahan kakaknya si Yoon Jae, yang bikin emak bapaknya Shi Won marah-marah sama si Yoon Jae sama Shi Won.”

Rio menggeleng-gelengkan kepalanya, mendecak sok kecewa. “Emang dasar maniak korea loe, Bel,”

“Trus, kenapa loe mau nikah sama gue?”

“Yah, itu kan, karena gue cinta sama loe, bukan karena loe maniak korea,”

Wajah Bella otomatis memerah mendengar komentar Rio, membuat seluruh penduduk meja itu bersorak. Mengejek pasangan paling absurd sedunia itu. Rio dan Bella bergantian membalas ejekan kawan-kawan mereka itu.

Di tengah-tengah keributan itu, mereka akhirnya diselamatkan oleh pertanyaan Dani yang membuat mereka sadar tentang topik utama reuni kali ini.

“Eh, eh, ngomong-ngomong due-nya kapan, Ra?”

“Sekitar April tahun depan. Kenapa?” Tara mantap menjawab.

“Mau loe namain siapa?”

Tara berpikir sebentar. Lalu memandang Aga dengan senyum penuh arti.

“Kalo cowok, Jethro untuk nama tengahnya. Kalo cewek, Myka.”

Semuanya menghela nafas kecewa. “Lagi?” protes mereka bersamaan.

“Iya, dong.” Tara mengangguk lebih mantap lagi. Soal nama mereka memang sudah sepakat sejak lama.
Dan karena ini, meja itu kembali rusuh. Protes akan nama yang telah dipersiapkan Tara dan Aga menuai kontroversi. Lagi dan lagi, topik demi topik diangkat, tapi terus saja terdengar protes.

Reuni kali ini memang yang teramai.

And this is the end of The Story. Stay alive and bye bye!

# # #

P.S : Done! See ya soon, folks!

Regards,
Umi Sa'adah =]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar